Popular Post

Posted by : Rifda.pawae Kamis, 24 Maret 2016



NAMA            :  IRTIA RIFDA PAWAE
NPM                : 15514473
KELAS          : 2PA07
JURUSAN      : Psikologi Universitas Gunadarma

FENOMENA KESEHATAN MENTAL, KONSEP NORMAL ABNORMAL DI MASYARKAT KITA


PENDAHULUAN
Kesehatan mental adalah istilah yang mencakup banyak aspek dari kemampuan kita dalam mengatasi stres dan menikmati hidup. Orang menggunakan istilah kesehatan mental untuk menggambarkan masalah-masalah depresi, pergolakan emosional, rasa sakit emosional atau diagnosis psikologis langsung seperti psikosis atau schizofrenia. Dalam diagnosis dari banyak masalah atau gangguan kesehatan mental, terapis mengevaluasi faktor psikososial kesehatan mental yang mempengaruhi penderita dan faktor juga sumber dari kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan positif dengan orang lain.
Namun sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Tidak mengherankan jika penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari penderitanya, misalnya terganggunya interaksi atau hubungan mereka dengan orang lain, terganggunya prestasi di ruang lingkup pendidikan, dan terganggunya produktivitas dalam pekerjaan.




LANDASAN TEORI

A.    KESEHATAN MENTAL
1.      Definisi Kesehatan Mental
      Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur  dimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya(Sias,2006). Menurut Pieperdan Uden (2006), kesehatann mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan
dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Notosoedirjo
dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene) yaitu:
-          karena tidak mengalami gangguan mental,
-          tidak jatuh sakit akibat stessor,
-          sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan
-          tumbuh dan berkembang secara positif.
a.      Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental.
 Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakanbahwa kesehatan mental atau psikologis itu “as the presence of successfull adjustmet or the absence of psychopatology” dan yang
dikemukakan oleh Kazdin yang menyatakan kesehatan mental ”as a state in which there is an absence of dysfunction in psychological, emotional, behavioral, and sosial spheres” Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam keadaan sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis makadiklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan kata lain sehat dan sakit itu mental itu bersifat nominal ytang dapat dibedakan kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian ”terbebas dari gangguan”, berartijika ada gangguan sekialipun sedikit adanya, seseorang itu diangganb tidak sehat.
b.      Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor
     Notosoedirjo dan Latipun (2005),mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor( sumber stres). Seseorang yang tidaksakit meskipun mengalami tekanan-tekanan maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini
sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.
c.       Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
    Michael dan Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan. Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri, dan hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.
d.      Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif
    Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.
      Dari berbagai pengertian yang ada, Johada (dalam Notosoedirjo dan Latipun, 2005),merangkum pengertian kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri pokok mental yang sehat:
(a) Seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan atau melakukan usaha untuk menguasai, dan mengontrol lingkungannya, sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya.
(b) Seseorang menunjukkan kutuhan kepribadiaanya – mempertahankan integrasi kepribadian
yang stabil yang diperoleh sebagai akibat dari pengaturan yang aktif.
(c) Seseorang mempersepsikan “dunia” dan dirinya dengan benar, independent dalam hal kebutuhan pribadi.

Kriteria Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis.
 Menurut Maramis,  terdapat enam kelompok sifat yang dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang  Sehat-Normal, adalah sebagai berikut :
-          Sikap terhadap diri sendiri : menerima dirinya sendiri, identitas diri yang memadai, serta  penilaian yang realistis terhadap kemampuannya.  .
-          Integrasi: kesatuan kepribadian, bebas dari konflik pribadi yang melumpuhkan dan memiliki daya tahan yang baik terhadap  stres.
-          Kemampuan : memiliki kemampuan dasar secara fisik, intelektual, emosional, dan sosial sehingga mampu mengatasi berbagai masalah.
-          Otonomi : memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang memadai, bertanggung jawab, mampu mengarahkan dirinya pada tujuan hidup.
   
1.   Defini Abnormal
      Abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.
2.   Kriteria Abnormal
      a.    Abnormalitas menurut  Konsepsi  Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
      b.   Abnormal  menurut  Konsepsi  Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
     c.     Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
     d.    Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan  Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.  Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.  
e.         Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain  dapat dikatakan abnormal.
 f.     Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal
      g.    Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
      h.    Disability (tidak stabil)
                                  Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.


ANALISIS

Di tahun-tahun terakhir ini sudah kita ketahui bahwa sering kali terjadi kecelakaan dimana-dimana. Entah itu tabrakan antara mobil dengan mobil, motor dengan motor atau dengan keduanya. Terlebih, yang membuat kita miris terhadap peristiwa kecelakaan ini, para pejalan kaki pun bisa di renggut begitu saja nyawanya oleh pengendara motor atau mobil. Padahal jalan yang di lalui para pejalan kaki sudah tepat. Pada peristiwa ini, sudah pasti para korban (yang masih hidup) ataupun keluarga korban yang ditinggalkan akan mengalami suatu gangguan mental yang luar biasa yang mengakibatkan trauma, seperti misalnya korban tidak mau lagi melewati jalan dimana saat kecelakaan yang dialaminya terjadi, atau menaiki kendaraan yang sama ketika terjadi kecelakaan pada waktu lalu, dsb. Hal ini menimbulkan depresi yang besar atau bahkan bisa menjadi stres karena ketidaksiapan mereka ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka cintai. Hal ini tidak berlangsung sebentar. Semua ini sudah pasti mengganggu kesehatan mental, karena mungkin sebagian dari mereka menahan stres, kemarahan, atau bahkan bisa menimbulkan dendam. Butuh waktu untuk menghilangkan semua perasaan “kacau” pada semua korban. Terlebih, jika korban mengalami luka yang parah dan harus segera dibawa ke ruang gawat darurat. Keadaan ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental. Jika terjadi secara berlarut-larut, akan berdampak juga pada kesehatan fisik mereka.
Mental dan fisik adalah dua komponen yang berbeda. Dari segi bahasa, mental sering disebut dengan jiwa (psikis) dan fisik biasa disebut tubuh (raga). Keduanya adalah komponen penyusun manusia, yang saling mempengaruhi. Seperti kata pepatah Yunani “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa dan pikiran yang sehat”. Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami sakit, apakah berdampak pada yang lainnya?
Mungkin kita pernah mengalami sakit, atau pernah melihat orang yang sakit dalam waktu yang lama, maka akan berdampak pada kesehatan psikis. Kemungkinan karena kesehatan fisik yang terganggu bisa membuat seseorang stress berat, hingga mengalami depresi yang merupakan tanda-tanda gangguan jiwa. Gangguan fisik yang mempengaruhi keadaan mental disebut dengan gangguan psikosomatik. Gangguan fisik ini dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Seorang yang sakit gigi misalnya, dapat menjadi pendiam atau bahkan beringas jika ada sesuatu yang menggangunya.
Bagaimana dengan gangguan mental, apakah bisa mempengaruhi keadaan fisik? Kasus ini adalah kasus terbanyak yang dialami oleh orang sakit. Banyak orang yang mengeluh pusing, migraine, sakit kepala, bahkan lumpuh secara fisik tidak ada diagnosa penyakit yang dideritanya. Dalam dunia medis ini disebut gangguan somatoform. Somatoform adalah gangguan mental yang mempengaruhi fisik, tetapi pada dasarnya, fisiknya tidak mengalami gangguan apa-apa. Kepercayaan orang yang mengalami gangguan somatoform ini, menganggap bahwa dirinya mengidap sebuah penyakit yang kronis. Tentu saja untuk mengobatinya, bukan dengan mengobati fisiknya. Tetapi mengobati psikisnya yang merupakan gangguan terhadap fisik.
Ini menunjukkan bahwa kedua gangguan diatas, mental dan psikis sama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar. Jika salah satunya sakit, membuat yang lain mengalami disfungsi.
Sebuah gangguan mental mengacu pada salah satu dari banyak kondisi kesehatan mental yang berbeda. Kondisi ini ditandai oleh gangguan fungsi, kesedihan dan perilaku atipikal. Gangguan faktor psikologis kesehatan mental memainkan peranan penting. Faktor psikososial mencakup perkembangan psikologis maupun perilaku dan perkembangan sosial seseorang. Jadi sebenarnya, orang yang bersyukur dan selalu berusaha untuk merasa bahagia, adalah orang-orang yang lebih sehat secara fisik maupun mental.







KESIMPULAN
Dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat pada saat ini menunjukan bahwa adanya pengaruh antara fisik dan psikis yang akan berpengaruh pada mental yang sehat seperti dimaksud pada kajian teori sebelumnya.  Olehnya itu sudah sepatutnya kesehatan mental individu harus dijaga dengan baik agar nantinya tidak terjadi gangguan-gangguan kesehatan mental yang sudah disebutkan diatas.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan positif dengan orang lain.
Konsep normal dan abnormal dalam masyarkat ialah sangat subjektif, dari segimana orang mengkategorikan konsep tersebut dapat dilihat dari sejauh mana dia memahami konsep normal dan abnormal tersebut. Hal ini juga disebabkan  ada beberapa konsepsi dalam menggolongkan perilaku abnormal tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

http://health.liputan6.com/read/2466114/media-sosial-tidak-selalu-buruk-terhadap-kesehatan-mental


{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus

- Copyright © rifda pawae - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -